Di siang yang terik, matahari berdiri tegak di atas kepala, menyala tanpa ampun, menyiramkan panas yang membuat dahi berkilau peluh. Namun, di waduk yang luas, panas berubah jadi cerita. Kami menemukan teduh dari tawa yang berhamburan di udara.
Di atas warung apung, kami duduk berdekatan, berbagi makanan yang dibumbui canda tawa tak ada habisnya. Canda dan gurau yang membuat semuanya terasa cukup.
Warung apung perlahan bergerak, mengelilingi waduk yang berkilau oleh cahaya siang. Seakan membawa serta riang kami berlayar di atas cerita.
Angin berhembus lembut, air berkilau memantulkan langit yang luas, dan di antara canda yang pecah di tepi gelas plastik. Suara riak air seolah ikut menertawakan kami, mendendangkan lagu sederhana.
Hari itu, siang yang terik bukanlah halangan, melainkan bingkai dari momen ringan yang kelak terasa berat di ingatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar